Dapatkan pemberitahuan artikel terbaru saya dengan cara Berlangganan!

Menggapai Puncak Gunung Dempo

Ngomongin provinsi Sumatera Selatan pasti langsung terbesit Kota Pagaralam bukan Kota Palembang khususnya di kalangan para pendaki, what’s happening?
All Team (dari kiri ke kanan bawah : Helen, Hardianto, Mace Ocha, Siti, Dwi dan Kim, dari kiri ke kanan atas : Al, Vika, Mace Echy, Feri, Hafiz dan Delta)

Ngomongin provinsi Sumatera Selatan pasti langsung terbesit Kota Pagaralam bukan Kota Palembang khususnya di kalangan para pendaki, what’s happening? Karena di Provinsi Sumatera Selatan khususnya di Kota Pagaralam terdapat gunung berapi tertinggi kedua di Pulau Sumatera setelah Gunung Kerinci di Provinsi Jambi yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat yang memiliki ketinggian 3.805 mdpl. Nah, Gunung Dempo ini sendiri memiliki ketinggian 3.159 mdpl. Pada kesempatan ini tepatnya tanggal 15 Juli 2016 lalu, saya berkesempatan untuk melakukan pendakian bersama teman-teman saya ini.

Dari sini kami berjalan menuju titik pendakian di Kampung IV. Kenapa kami berjalan dan tidak naik truk teh ataupun kendaraan lain? Karena alasannya yaitu hitung-hitung pemanasan sebelum pendakian :D Setelah kurang lebih 1,5 jam berjalan menikmati hamparan kebun teh dan diguyur hujan kami sampai di Balai Penginapan Kampung IV.

briefing sebelum muncak esok pagi

Di sini kami istirahat dan melakukan registrasi pendakian Gunung Dempo di keesokan harinya. Okay, tepat pukul 08.00 WIB kami mulai berjalan menuju titik awal pendakian Gunung Dempo,

Nah, fotonya kurang 1 personil karena jalan duluan :D

Ini di tengan perjalanan menuju pintu rimba. It’s beautiful view…


Setelah dari pintu rimba kita menuju Shelter 1, dan di sinilah petualangan dimulai. Perjalanan ke Shelter 1 kami memakan waktu kurang lebih 3 jam, dan setelah tiba di Shelter 1 kami istirahat, makan dan tidak lupa sholat dzuhur.


Dan setelah ishoma selesai, kami rapat sebentar karena dilihat dari waktu perjalanan dari pintu rimba ke Shelter 1 memakan banyak waktu dan di tim kali ini lebih banyak cewek daripada cowok, alhasil didapat kesimpulan saya dan Al sebagai pembawa tenda harus naik cepat meninggalkan ke 10 teman kami serta saya dan Al setelah mendirikan tenda akan turun lagi menjemput ke 10 teman kami, karena agar setibanya di atas ke 10 teman kami ini bisa langsung istirahat dan tidak kemalaman saat mendirikan tenda.  Karena pemasangan tenda di malam hari di Pelataran Dempo suhunya sangat dingin yang membuat susah badan untuk menahan hawa dingin karena yang kelihatannya mudah, tetapi pada saat badan mulai bergoyang (kedinginan) tanpa dikehendaki maka yang terlihat mudah pada saat pendirian tenda akan agak sedikit susah karena tidak berhentinya badan bergoyang  :D Okay, dari Shelter 1 ke Shelter 2 kami tempuh kurang lebih 3,5 jam, istirahat sebentar dan lanjut lagi ke Top Dempo. Dan tanpa dinginkan di persimpangan sebelum batu cadas kami salah ambil jalur, yaps… kami mengambil jalur kiri yang seharusnya kanan dan ini merupakan bekas jalur pendakian lama alhasil kami menemukan jalan buntu, jalannya sudah tertutup oleh ranting-ranting pohon yang lebat.


Meskipun tersesat dan harus turun lagi ke persimpangan jalan tadi tidak lupa berfoto sejenak menikmati indahnya Gunung Dempo. Dan target kami pukul 17.30 WIB sudah di pelataran Dempo dan mendirikan tenda terhalangan oleh kami yang salah mengambil jalur. Alhasil kami tiba di pelataran pukul 18.30 WIB. Setelah selesai mendirikan tenda sekitar pukul 18.45 WIB.  Kami akan turun menjemput ke 10 teman kami tadi tetapi melihat keadaan yang tidak dikehendaki kami putuskan menunggu di pelataran guna mencegah terjadinya hal yang tidak dikehendaki oleh kami berdua. Kabut mulai datang dan hujan mulai mengguyur, tetapi ke 10 teman tadi belum juga sampai di Top Dempo, waktu bergulir hingga jam 12 tengah malam, kami berdua mulai resah dan tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan ke 10 teman kami.  Setiap ada pendaki yang turun dari Top Dempo ke pelataran kami tanyai dan mereka menjawab masih jauh mulai dari jawaban masih di dinding lemari hingga Shelter 2. Dan di dalam tenda kekurangan pasokan logistik karena orang yang membawa logistik berada di antara 10 teman kami. Alhasil kami menahan lapar dengan makanan seadanya, just kripik tempe serta hasil pemberian roti pendaki lain.  Hingga pagi menjelang ke 10 teman kami belum kunjung tiba, dan kami memutuskan untuk turun. Tetapi syukur alhamdullilah saya ketika berkeliling mencari informasi ke 10 teman kami tadi, tidak disangka dari balik kabut terlihat baju yang tak asing dilihat dan ketika didekati yaps… itu teman kami yang baru saja sampai di pelataran.   Bahagia bukan main, semalaman gak bisa tidur cemas memikirkan mereka ternyata syukur alhamdullilah mereka baik-baik saja. Setelah itu kami memutuskan untuk menambah hari di atas yang semula 1 hari 1 malam menjadi 2 hari 2 malam. Dan ini kebahagiaan kami bersama sewaktu di puncak Dempo.


Puncak

Dan ini mace kami dari papua, ia pernah melakukan pendakian di Gunung Jayawijaya, Papua. Salah satu wanita seterong (bukan strong) kami :D
Pemandangan dari puncak merapi dempo

Ketika naruto bertemu sang pengembara :D
Track yang kami lalui selama perjalanan menuju puncak.
Dinding lemari (Dilema)
Jalan menuju top Dempo, yang di dominasi oleh bebatuan...
Kegiatan kami saat di tenda, makan dan makan.

Itulah sedikit cerita perjalanan menuju puncak Gunung Dempo. Bagi yang belum mendaki di gunung ini buruan cobain sensasi track di gunung ini di jamin yahuuttt.. :D Dan jangan lupa tetap menjaga alam agar tetap asri serta jangan buang sampah sembarangan, bawalah turun sampahmu.. ok

Indonesia Jaya

Posting Komentar